A diam bukan karena A kalah, A diam bukan karena A salah. Sebab seberapa benar A, tak ada gunanya A melakukan pembenaran. Dimata mereka, yang benar itu, siapa yang mulai mengeluarkan suara terlebih dahulu. Karena yang jujur tak ada gunanya saat ini. Mereka memoles cerita, seakan A adalah tersangka pelaku utama, padahal B adalah isi otaknya. A hanya dijadikan kambing hitam, untuk menutupi perbuatan B. Dan B merasa sangat luar biasa, dan B sama sekali tidak merasa bersalah.
A mengalah, dan keluar. A mempercayakan semuanya kepada C, teman sebayanya. C lah yang menyerukan segalanya, bagaimana B bekerja, bagaimana B sebelumnya, tapi percuma C malah dikucilkan dikatakan memburukkan C. Lain halnya dengan D, karena parasnya dan manisnya lidah, D juga salah satu pemicu A mengalah. Banyak tindakan B dan D yang membuat A tersiksa. Fisik dan batin.
Tetapi, A akhirnya mendapat pelukan hangat dari manusia-manusia yang memanusiakan A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar